Selasa, 11 Desember 2007

Listrik Prabayar

Lebih Irit & Hemat Energi

Konon budaya belanja barang konsumtif cocok di Indonesia bukan budaya kredit, melainkan debet, artinta bayar dulu, baru pakai barnag belakangan, kalau pakai sistem kredit atau ngutang, bisa-bisa kantong jebol gara-gara ngak bisa ngontrol pengeluaran. Dibalik itu ada persoalan lain. Penjual barang atau jasa bakal sering menderita sembelit gara-gara sulit menagih utang, Belanjanya jalan terus , tapi giliran jatuh tempo,debitur main pecut, ntar sok....ntar sok, alias bayar entar atau besok.
Kebiasaan mcam itu juga merambah sejumlah kalangan pelanggan listrik PLN. Buat gambaran tunggakan listrik dijakarta dan Tangerang pada tahun 2004 saja Rp 260 Miliar, lalu tahun 2005 jawa timur merugi Rp 7,4 miliar dan banyak daerah lain mungkin mempunyai nasib yang sama Dari sisi pelanggan, bukan tak ada keluhan, Kesalahan pencatatan meter, misalnya sering menimbulkan persoalan diantara PLN dan pelanggan. Belum lagi sering mati lampu dan sebagainya. Sementara kalau ada permasalahan di PLN , konsumen sering menjadi korban.
Munculnya gagasan mencipatkan sistem listrik Pra bayar memang dipicu oleh keruwetan hubungan PLN dengan konsumen. Kecuali itu, jaringan Listrik PLN juga belum menjangkau lebih dari separuh jumlah desa di Indonesia. Padahal kita udah 62 tahun merdeka.
Melihat persoalan diatas kiranya sistem prabayar bisa jadi salah satu solusi dari masalah pembiayaan listrik bagi pelanggan kategori perumahan. Saat ini teknologinya tengah dikembangkan Oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) . Tidak tertutup kemungkinan bagi kalangan kampus untuk menerapkannya didaerah masing-masing..

Prinsip Kerja listrik pra bayar sebenarnya sederhana. Pada kWh meter pelanggan (sering disebut dengan "meteran") dipasang alat pengukuran pemakaian listrik. Meminjam istilah telepon . alat diberi sejumlah pulsa. Setelah listrik menyala, alat akan menghitung mundur sesuai pemakaian listrik pelanggan. Jika jatahnya habis harus beli pulsa listrik lagi kalau tidak ingin rumahnya gelap-gelapan. Awalnya listrik prabayar memakai istilah "badika" bayar dimuka. ALat ini dikembangkan oleh PT.LEN Industri pemakaian secara digital. Badika mencatat arus listrik yang masuk kerumah pelanggan. Setelah pulsa kWh habis, listrikpun terputus. Selama 2001-2002 sistem ini berjalan dengan mulus menerangi 3.850 rumah disulawesi Tenggara dan Sulawesi tengah. Tapi rupanya kreativitas kenakalan pelanggan tetap selangkah lebih maju. tangan tangan jahil mengerjai Badika. Caranya dengan meng on-off kan terus menerus tombol Main Circuit Breaker(MCB) di kWh meter. Karena sensitif sekejap saja alat tersebut rusak total. Kemudian dirubah alat oengukuran yang digunakan dalam mengukur pemakaian listrik dengan menggunakan sensor optik yang menghitung putaran piringan pada kWh meter. Pada daya listrik 450 watt misalnya, putaran piringan 450 kali berarti pemakaian satu kWh. Cara perhitungan ini sama seperti yang dipakai pada kWh meter milik PLN.
Kalau dulu badika kini dinamai Prisma, kependekan dari prabayar berbasis smartkey. Smartkey ini perantara yang mengubugkan kWh meter pelanggan, alat yang terpasang, serta jumlah pulsa listrik yang dibeli. Setiap pelanggan punya satu smart key, yang tidak boleh rusak, apalagi hilang karena sudah jodohnya kWh Meter.
Dalam paket perdana Prisma seharga Rp 1,2 juta , pelanggan akan mendapatkan satu buah kWh meter, alat monitor saldo pulsa listrik, dan smartkey berisi pulsa listrik Rp 100 ribu. Pelanggan juga mendapat instalasi listrik dirumahnya, terdiri atas empat titik lampu serta satu stop kontak. seluruh paket ini jadi milik pelanggan.
Saat litrik diaktifkan alat monitor listrik akan membaca smartkey pelanggan. Pada otorisasi awal ini, alat monitor mencatat indentitas pelanggan serta jumlah pulsa listrik yang tersedia, Begitu dinyatakan Oke, listrik pun mulai mengalir, rumah pun jadi terang benderang. Piringan kWh meter akan berputar setiap kalilistirk dipakai. Alat monitorpun setia menghitung mundur saldo pulsa . Giliran pulsa menipis alat monitor listrik bisa diset untuk mengingatkan si empunya rumah lewat bunyi sirine. " Segera beli listrik kecuali mau gelap-gelapan" begitu kira-kira peringatannya.
Pulsa listrik dapat dibeli dikios terdekat. bentuknya data elektronik yang disuntikkan dari perangkat komputer ke smartkey. dan dijual dengan harga Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu. Selanjutnya pulsa bisa langsung ditambahkan kealat monitor tanpa menghanguskan sisa pulsa yang ada.
Sejak november 2004 , Prisma diujicobakan pada 400 rumah warga desa Ponelo, Kecamatan Kuandang, Gorontalo. Setiap rumah dikampung nelayan diarea kepulauan mendapat daya 450 watt pada tegangan 220 volt. Hasilnya menakjubkan Kata Syafri salah seorang penemu bersama timnya yang memantau terus listrik hasil kreasinya. " Pelanggan bisa merencanakan listriknya dan ternyata lebih bisa berhemat energi," tutur ahli Power system lulusan khusyu Institute Of Technology Jepang ini. karena saldo pulsa terpampang dimonitor pemakaian harus lebih dirit-irit. dan Sumber Energi yang dipakai masih menggunakan Diesel. karena diesel merupakan sumber tenaga pembangkit listrik tahap awal. dan Diesel belum tergantikan oleh sumbel lain, kecuali dengan tenaga gas, namun masalahnya dari untuk mendapatkan sumber daya alam berupa Gas, apalagi didaerah pedesaan.

Gencarnya penghematan energi mungkin listrik prabayar menjadi salah satu alternatif dan prospek yang harus dikembangkan, mengingat keterbatasannya sumber energi yang dikelola oleh PLN, Apalagi bagi daerah pulau-pulau yang sangat sulit dijangkau oleh jaringan listrik,.. Namun kita mesti sabar karena sampai saat sekarang ini kita masih menganut sistem pasca bayar... Tapi bukan berarti kita harus berhenti berinovasi dan berkreasi lho ...! (sumber : Majalah Intisari)